Kamis, 11 April 2013

Makalah Keamanan Bahan Pangan


BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia sebagian besar masih memiliki pendapatan dan tingkat pendidikan yang rendah,maka kemampuan dan kesadaran mereka sebagai konsumen masih sangat terbatas. Rendahnya pendapatan menyebabkan mereka kurang mampu membeli makanan bermutu dan rendahnya tingkat pendidikan keluarga menyebabkan kurangnya kesadaran akan pengaruh negative akibat konsumsi makanan serta sebagian masyarakat masih mementingkan kuantitas makanan daripada kualitas makanan. Dalam kondisi demikian, para produsen dan pedagang harus mempunyai kewajiban moral untuk melakukan pengawasan mutu makanan yang beredar di pasaran . Makanan yang telah kadaluarsa, rusak ataupun tercemar harus ditarik dari peredaran.
Perkembangan teknologi pengolahan pangan telah kemungkinan produksi makanan terbungkus (kemasan) dalam jumlah besar dan daya tahan relative lama. Kemasan yang kurang baik, misalnya kertas bekas,daun kotor, plastic, kaleng berkarat  dan sebagainya dapat mengkotaminasi makanan yang dapat menimbulkan bahaya dan kerugian konsumen.  Perkembangan jenis makanan catering dan fast food (cepat saji) sangat peka terhadap kontaminasi. Keracunan sering terjadi pada pesta, pertemuan, lokakarya, pernikahan dan seminar disebabkan makanan yang dihidangkan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kandungan senyawa potensial berbahaya yang terdapat secara alamiah pada bahan makanan nabati atau hewani misalnya asam jengkolat pada jengkol, anti tripsin pada kedelai, serta terkontaminasinya makanan oleh pestisida dan zat aditif berbahaya dapat mengancam keracunan ataupun penyakit bagi masyarakat.
Dalam membahas mutu makanan, tidak hanya menyoroti selera, rasa dan gizi saja, tetapi yang sangat penting adalah keamanan dan keselmatan konsumen. Berbagai usaha perlu dilakuakan untuk meningkatkan mutukehidupan masyarakat dengan membuat lingkungan keluarga bebas dari keracunan , penyakit dan penderitaan yang disebabkan makanan.



BAB II
PEMBAHASAN
Bahan pangan pada umumnya tidak dikonsumsi dalam bentuk seperti bahan mentahnya, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis pangan lain. Selain untuk menambah ragam pangan, pengolahan pangan juga bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut. Penangan bahan pangan yang tidak benar dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup tinggi. Sejak saat bahan pangan dipanen, dikumpulkan, ditangkap atau disembelih, bahan tersebut akan mengalami kerusakan. Kerusakan ini akan berlangsung sangat lambat atau sangat cepat tergantung dari macam bahan pangan.
Semua makluk hidup memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupannya. Bakteri, khamir dan kapang, insekta dan rodentia (binatang pengerat) selalu berkompetisi dengan manusia untuk mengkonsumsi persediaan pangannya. Senyawa organik yang sangat sensitif dalam bahan pangan, dan keseimbangan biokimia dari senyawa tersebut, akan mengalami destruksi oleh hampir semua variabel lingkungan di alam. Panas dan dingin, cahaya, oksigen, kelembaban, kekeringan, waktu, dan kandungan enzim dalam bahan pangan itu sendiri, semua cenderung merusakkan bahan pangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keamanan pangan adalah sebagi berikut :
1.      Kerusakan Bahan Pangan
Makanan yang telah mengalami penyimpangan dari keadaan normal biasanya telah mengalami “kerusakan”. Kecepatan kerusakan bahan pangan tanpa pengukuran yang lebih teliti dapat dilihat pada tabel  berikut ini,
Table. Umur Simpan Beberapa Bahan Pangan
 Macam Bahan Pangan
Umur simpan (hari) pada 21,11oC
Daging segar, Ikan segar, Unggas
Daging dan ikan kering/asin/asap
Buah-buahan segar
Buah-buahan kering
Sayuran daun
Umbi-umbian
Biji-bijian kering
1 - 2
360 atau lebih
1 - 7
360 atau lebih
1 - 2
7 - 2
360 atau lebih

a.      Tanda-tanda Kerusakan Bahan Pangan
Suatu bahan rusak bila menunjukkan adanya penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa digunakan. Penyimpangan dari keadaan semula tersebut meliputi beberapa hal, diantaranya :
ü  Konsistensi
ü  Tekstur
ü   Memar
ü   Berlendir
ü   Berbau busuk
ü   Gosong
ü   Ketengikan
ü  Penyimpangan pH
ü   Reaksi Browning
ü   Penggembungan kaleng (terjadi gas)
ü  Penyimpangan warn
ü   Penyimpangan cita rasa
ü  Penggumpalan/pengerasan pada tepung
ü   Lubang/bekas gigitan
ü   Candling (keretakan pada kulit telur)

b.      Jenis-Jenis Kerusakan Bahan Pangan
Bila ditinjau dari penyebabnya, kerusakan bahan pangan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1).  Kerusakan Mikrobiologis
Pada umumnya kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi juga pada bahan setengah jadi maupun pada bahan hasil olahan. Kerusakan ini sangat merugikan dan kadang-kadang berbahaya bagi kesehatan karena racun yang diproduksi, penularan serta penjalaran kerusakan yang cepat. Bahan yang telah rusak oleh mikroba juga dapat menjadi sumber kontaminasi yang berbahaya bagi bahan lain yang masih sehat atau segar.
Penyebab kerusakan mikrobiologis adalah bermacam-macam mikroba seperti kapang, khamir dan bakteri. Cara perusakannya dengan menghidrolisa atau mendegradasi makromolekul yang menyusun bahan tersebut menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil.

2). Kerusakan Mekanis
            Kerusakan mekanis disebabkan adanya benturan-benturan mekanis.kerusakan ini terjadi pada : benturan antar bahan,waktu dipanen dengan alat, selama pengangkutan (tertindih atau tertekan) maupun terjatuh, sehingga mengalami bentuk atau cacat berupa memar, tersobek atau terpotong.
           
3). Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik ini disebabkan karena perlakuan-perlakuan fisik. Misalnya terjadinya “case hardening” karena penyimpanan dalam gudang basah menyebabkan bahan seperti tepung kering dapat menyerap air sehingga terjadi pengerasan atau membatu. Dalam pendinginan terjadi kerusakan dingin (chilling injuries) atau kerusakan beku (freezing injuries) dan “freezer burn” pada bahan yang dibekukan. Sel-sel tenunan pada suhu pembekuan akan menjadi kristal es dan menyerap air dari sel sekitarnya. Akibat dehidrasi ini, ikatan sulfihidril (–SH) dari protein akan berubah menjadi ikatan disulfida (–S–S–), sehingga fungsi protein secara fisiologis hilang, fungsi enzim juga hilang, sehingga metabolisme berhenti dan sel rusak kemudian membusuk. Pada umumnya kerusakan fisik terjadi bersama-sama dengan bentuk kerusakan lainnya.

4). Kerusakan Biologis
Yang dimaksud dengan kerusakan biologis yaitu kerusakan yang disebabkan karena kerusakan fisiologis, serangga dan binatang pengerat (rodentia). Kerusakan fisiologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan atau oleh enzim-enzim yang terdapat didalam bahan itu sendiri secara alami sehingga terjadi autolisis dan berakhir dengan kerusakan serta pembusukan. Contohnya daging akan membusuk oleh proses autolisis, karena itu daging mudah rusak dan busuk bila disimpan pada suhu kamar. Keadaan serupa juga dialami pada beberapa buah-buahan.

5). Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya : “coating” atau enamel, yaitu terjadinya noda hitam FeS pada makanan kaleng karena terjadinya reaksi lapisan dalam kaleng dengan H–S– yang diproduksi oleh makanan tersebut. Adanya perubahan pH menyebabkan suatu jenis pigmen mengalami perubahan warna, demikian pula protein akan mengalami denaturasi dan penggumpalan. Reaksi browning dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis. Browning non-enzimatis merupakan kerusakan kimia yang mana dapat menimbulkan warna coklat yang tidak diinginkan.

c.       Faktor Utama Kerusakan Pangan

Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan faktor-faktor berikut :
pertumbuhan dan aktifitas mikroba;
ü  aktifitas enzim-enzim di dalam bahan pangan;
ü  serangga parasit dan tikus;
ü  suhu (pemanasan dan pendinginan);
ü  kadar air;
ü  udara (oksigen);
ü  sinar;
ü  waktu

1).  Pertumbuhan dan Aktifitas Mikroba
                                                     
Mikroba merupakan penyebab kebusukan pangan dapat ditemukan di tanah, air dan udara. Secara normal tidak ditemukan di dalam tenunen hidup, seperti daging hewan atau daging buah. Tumbuhnya mikroba di dalam bahan pangan dapat mengubah komposisi bahan pangan, dengan cara : menghidrolisis pati dan selulosa menjadi fraksi yang lebih kecil; menyebabkan fermentasi gula; menghidrolisis lemak dan menyebabkan ketengikan; serta mencerna protein dan menghasilkan bau busuk dan amoniak. Beberapa mikroba dapat membentuk lendir, gas, busa, warna, asam, toksin, dan lainnya. Mikroba menyukai kondisi yang hangat dan lembab.
v  Bakteri :
Bakteri dapat berbentuk cocci (Streptococcus sp.), bentuk cambuk pada bacilli, bentuk spiral pada spirilla dan vibrios. Bakteri berukuran satu mikron sampai beberapa mikron, dapat membentuk spora yang lebih tahan terhadap : panas, perubahan kimia, pengolahan dibandingkan enzim. Suhu pertumbuhan untuk : bakteri thermophylic (450C–550C); bakteri mesophylic (200C–450C) sedangkan bakteri psychrophylyc < 200C.
v  Khamir
Khamir mempunyai ukuran 20 mikron atau lebih dan berbentuk bulat atau lonjong (elips).
v  Kapang
Kapang berukuran lebih besar dan lebih kompleks, contohnya Aspergillus sp., Penicillium sp, dan Rhizopus sp. Kapang hitam pada roti, warna merah jingga pada oncom, warna putih dan hitam pada tempe disebabkan oleh warna conidia atau sporanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba di antaranya : air, pH, RH, suhu, oksigen, dan mineral.

a).  Air
Pertumbuhan mikroba tidak pernah terjadi tanpa adanya air. Air dalam substrat yang dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroba biasanya dinyatakan dengan “water activity” (aw). aw dibedakan dengan RH, aw digunakan untuk larutan atau bahan makanan, dan RH untuk udara atau ruangan.
Bakteri perlu air lebih banyak dari kapang dan khamir, serta tumbuh baik pada aw mendekati satu yaitu pada konsentrasi gula atau garam yang rendah. aw optimum dan batas terendah untuk tumbuh tergantung dari macam bakteri, makanan, suhu, pH, adanya oksigen, CO2 dan senyawa-senyawa penghambat. Pada umumnya kapang membutuhkan aw lebih sedikit daripada khamir dan bakteri. Setiap kapang mempunyai aw minimum untuk tumbuh, dan untuk mencegah pertumbuhan kapang sebaiknya aw diturunkan hingga dibawah 0,62. Khamir membutuhkan air yang lebih sedikit dibandingkan bakteri, tetapi lebih banyak daripada kapang. Umumnya batas aw terendah untuk khamir sekitar 0,88– 0,94

b).  pH
pH menentukan macam mikroba yang tumbuh dalam makanan, dan setiap mikroba masing-masing mempunyai pH optimum, pH minimum dan pH maksimum untuk pertumbuhannya. Bakteri paling baik tumbuh pada pH netral, beberapa suka suasana asam, sedikit asam atau basa. Kapang tumbuh pada pH 2– 8,5, biasanya lebih suka pada suasana asam. Sedangkan khamir tumbuh pada pH4–4,5 dan tidak tumbuh pada suasana basa.

c).  Suhu
Setiap mikroba mempunyai suhu optimum, suhu minimum, dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya. Bakteri mempunyai suhu optimum antara 200C–450C. Suhu optimum pertumbuhan kapang sekitar 250C–300C, tetapi Aspergillus sp. tumbuh baik pada 350C–370C. Umumnya khamir mempunyai suhu optimum pertumbuhan serupa kapang, yaitu sekitar 250C–300C.

d).  Oksigen
Berdasarkan proses respirasinya, mikroba dibagi menjadi 4 golongan, yaitu aerobik, anaerobik, fakultatif dan mikroaerophylik. Mikroba golongan aerobik bila memerlukan oksigen bebas, umumnya kapang pada makanan. Golongan anaerob tidak memerlukan oksigen dan tumbuh baik tanpa adanya oksigen bebas. Golongan fakultatif dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen bebas, dan mikroaerophylik bila membutuhkan sejunlah kecil oksigen bebas.

2) . Aktifitas Enzim di dalam Bahan Pangan
Enzim yang ada dalam bahan pangan dapat berasal dari mikroba atau memang sudah ada dalam bahan pangan tersebut secara normal. Enzim ini memungkinkan terjadinya reaksi kimia dengan lebih cepat, dan dapat mengakibatkan bermacam-macam perubahan pada komposisi bahan pangan.
Enzim dapat diinaktifkan oleh panas/suhu, secara kimia, radiasi atau perlakuan lainnya. Beberapa reaksi enzim yzng tidak berlebihan dapat menguntungkan, misalkan pada pematangan buah-buahan. Pematangan dan pengempukan yang berlebih dapat menyebabkan kebusukan. Keaktifan maksimum dari enzim antara pH 4 – 8 atau sekitar pH 6.
3). Serangga Parasit dan Tikus
Serangga merusak buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan umbi-umbian. Gigitan serangga akan kelukai perkukaan bahan pangan sehingga menyebabkan kontaminasi oleh mikroba. Pada bahan pangan dengan kadar air rendah (biji-bijian, buah-buahan kering) dicegah secara fumigasi dengan zat-zat kimia : metil bromida, etilen oksida, propilen oksida. Etilen oksida dan propilen oksida tidak boleh digunakan pada bahan pangan dengan kadar air tinggi karena dapat membentuk racun.
Parasit bayak ditemukan di dalam daging babi adalah cacing pita, dapat menjadi sumber kontaminasi pada manusia. Tikus sangat merugikan karena jumlah bahan yang dimakan, juga kotoran, rambut dan urine tikus merupakan media untuk bakteri serta menimbulkan bau yang tidak enak.
4). Suhu (pemanasan dan pendinginan)
Pemanasan dan pendinginan yang tidak diawasi secara teliti dapat menyebabkan kebusukan bahan pangan. Suhu pendingin sekitar 4,50C dapat mencegah atau memperlambat proses pembusukan. Pemanasan berlebih dapat menyebabkan denaturasi protein, pemecahan emulsi, merusak vitamin, dan degradasi lemak/minyak. Pembekuan pada sayuran dan buah-buahan dapat menyebabkan “thawing” setelah dikeluarkan dari tempat pembekuan, sehingga mudah kontaminasi dengan mikroba. Pembekuan juga dapat menyebabkan denaturasi protein susu dan penggumpalan.

5). Kadar Air
Kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi RH udara sekitar. Bila terjadi kondensasi udara pada permukaan bahan pangan akan dapat menjadi media yang baik bagi mikroba. Kondensasi tidak selalu berasal dari luar bahan. Di dalam pengepakan buah-buahan dan sayuran dapat menghasilkan air dari respirasi dan transpirasi, air ini dapat membantu pertumbuhan mikroba.

6). Udara dan Oksigen
Udara dan oksigen selain dapat merusak vitamin terutama vitamin A dan C, warna bahan pangan, flavor dan kandungan lain, juga penting untuk pertumbuhan kapang. Umumnya kapang adalah aerobik, karena itu sering ditemukan tumbuh pada permukaan bahan pangan. Oksigen dapat menyebabkan tengik pada bahan pangan yang mengandung lemak. Oksigen dapat dikurangi jumlahnya dengan cara menghisap udara keluar secara vakum atau penambahan gas inert selama pengolahan, mengganti udara dengan N2, CO2 atau menagkap molekul oksigen dengan pereaksi kimia.
7). Sinar
Sinar dapat merusak beberapa vitamin terutama riboflavin, vitamin A, vitamin C, warna bahan pangan dan juga mengubah flavor susu karena terjadinya oksidasi lemak dan perubahan protein yang dikatalisis sinar. Bahan yang sensitif terhadap sinar dapat dilindungi dengan cara pengepakan menggunakan bahan yang tidak tembus sinar.

8). Waktu
Pertumbuhan mikroba, keaktifan enzim, kerusakan oleh serangga, pengaruh pemanasan atau pendinginan, kadar air, oksigen dan sinar, semua dipengaruhi oleh waktu. Waktu yang lebih lama akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar, kecuali yang terjadi pada keju, minuman anggur, wiski dan lainnya yang tidak rusak selama “ageing”.

                    
2.      Keracunan Makanan
Keracunan makanan secara umum adalah gejala sakit yang disebabkan oleh makanan atau sumber penularannya makanan. Berdasarkan penyebabnya, gejala keracunan disebabkan oleh :
a.       Keracunan makanan oleh tertelannya racun organic maupun anorganik yang terdapat dalam makanan
b.      Infeksi oleh mikroorganisme, karena organism tersebut tertelan dan menyebabkan infeksi.
Kontaminasi makanan dengan zat kimia di Indonesia sampai saat ini amat sukar didiagnosa, karena fasilitas leboratorium yang belum memadai untuk maksud tersebut. Jenis makanan yang sering menimbulkan keracunan di Indonesia adalah jengkol, singkong, atau jamur.
Keracunan makanan juga dapat disebabkan oleh :
• Makanan yang tercemar zat kimia seperti peptisida, lapisan logam dari kaleng makanan atau akibat fumigasi ruangan.
• Mikroba yang mencemari makanan (Salmonela, Clostridium botulinum dan lain-lain).
• Zat kimia tertentu yang ditambahkan pada makanan sebagai penyedap, pemanis dan pengawet.
• Makanan itu sendiri secara alamiah sudah mengandung zat kimia, misalnya asam jengkolat, jamur Aspergilus flavus mengandung aflatoksin dan jamur Amanita muscaria mengandung muskarin.
a). Keracunan Jengkol
Keracunan jengkol paling sering dilaporkan diantara penyebab keracunan makanan di Indonesia. Salah satu sebab dari keadaan ini adalah karena jengkol termasuk sayuran yang banyak digemari oleh kalangan tertentu masyarakat Indonesia. Biji jengkol (Pithelobium lobatum) mengandung asam amino (asam jengkolat) dengan rumus bangun sebagai berikut :
S--CH3---CHNH2---COOHCH2
S--CH3---CHNH2---COOH
Menurut VAN VEEN dan HYMAN yang dikutib oleh R. WIRATMAJA, dkk. jengkol mengandung 2 % asal jengkolat. Untuk mendiagnosis keracunan jengkol tidak sulit, biasanya sesudah makan jengkol timbul sakit perut, muntah, kolik, disuria, oliguria, sampai anuria, hematuria, uremia (gagal ginjal akut) serta bau jengkol yang berasal dari mulut, hawa napas dan urine. Kristal asam jengkol dapat menyumbat uretra yang menimbulkan adanya infiltrat dan abses di penis, skrotinum, perineum dan sekitarnya. Terjadinya kristal (hablur) akibat asal jengkolat pada saluran kemih diduga karena pH urin bersifat asam. Rupa-rupanya terjadi kristal-kristal pada saluran kemih inilah yang menjadi sebab sebagian besar gejala tersebut di atas.

Pengobatan keracunan jengkol

1. Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut / pinggang saja) pasien tidak perlu dirawat, dan cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja.
Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria, tidak dapat minum) maka pasien perlu dirawat dengan diberikan infus natrium bikarbonat dalam larutan Glukosa 5 %.
2. Anjuran yang dapat diberikan untuk mencegah timbulnya keracunan jengkol adalah dengan dilarang makan jengkol.
3. Mengusahakan cara pengolahan yang baik (dimasak, digoreng, dibakar, ditanam lebih dahulu sebelum dimakan). Cara ini sukar dilaksanakan mengingat tidak mudahnya mengubah kebiasaan makan seseorang.

b). Keracunan Singkong
Singkong (manihot utilissima) merupakan bahan makanan yang mengandung kalori seperti beras. Perbedaannya adalah singkong mengandung protein 1 % sedangkan beras mengandung protein 7,5 %. Singkong mengandung linamarin, yaitu suatu glikosida yang mengikat sianida. Linamarin dapat mempengaruhi “enzym” yang biasanya terdapat dalam jaringan tumbuh-tumbuhan sehingga melepaskan sianida bebas yang dapat menguap jika dipanaskan. Tiap jenis singkong mengandung jenis HCN berbeda-beda, yang dapat dibagi dalam dua golongan :
1. Singkong tidak beracun, dimana kadar HCN 50 - 100 mg / kg berat singkong segar.
2. Singkong sangat beracun, dimana kadar HCN lebih dari 100 mg / kg berat singkong segar. Kadar HCN paling tinggi adalah pada bagian paling luar ubi. Daum singkong juga mengandung HCN.

Untuk menghindari keracunan singkong dapat dilakukan dengan :
1.      Memilih parietas singkong yang mengandung sedikit HCN.
2.  Mempersiapkan singkong sebelum dimasak, misalnya dengan mengiris-iris lebih dahulu kemudian direndam atau dialiri air selama 12 jam. Cara ini akan menghilangkan HCN sebanyak 67 % dari umbinya. Merebus daun singkong akan menghilangkan 95 % HCN.
Gejala keracunan akut singkong adalah sebagai berikut :
1. Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah dan diare.
2. Sesak napas dan sianois.
3. Apatis, kemudian lambat laun mengalami koma dan
4. Renjatan (shock)
Pengobatan dalam menanggulangi keracunan singkong ialah :

1. Mencuci lambung, membuat pasien muntah, bila makanan diperkirakan masih ada dalam
              lambung (kurang dari 4 jam sesudah makan singkong).
         2. Berikan natrium nitrat dan natrium sulfat (lihat antidotum).
3. Berikan oksigen.
4. Natrium nitrat dan natrium tiosulfat merupakan antidotum keracunan sianida yang secara dramatis akan menghilangkan gejala-gejala keracunan singkong dalam waktu singkat.

                c. Keracunan Bongkrek
                  Keracunan ini biasanya dari tempe bongkrek maupun ampasnya (bahan sisa minyak kelapa), umumnya jari jamur golongan rhizopus (kurang beracun), namun kemudian mengalami superkontaminasi jamur : “ Pseudomonas cocovenans” yang membentuk racun toksoflavin (dari gliserin) dan asam bongkrek (dari asam lemak) yang tahan terhadap pemanasan.
                 
MIKROORGANISME PENYEBAB KERACUNAN MAKANAN
                                                       
1. Clostridium botulinum

            Bakteri Clostridium botulinum menghasilkan racun yang mencegah transmisi impuls saraf ke otot . Mual, muntah dan kram perut adalah gejala umum yang ditimbulkannya. Efek dimulai pada syaraf di kepala sehingga menyebabkan penglihatan kabur/ganda dan kesulitan menelan, kemudian menyebar ke punggung sehingga menyebabkan kelumpuhan otot lengan, otot pernapasan, dan mungkin juga otot kaki. Gejala ini biasanya muncul 4-36 jam setelah menelan toksin, tetapi bisa memakan waktu hingga delapan hari.
Makanan kaleng adalah sumber utama botulisme (keracunan botulinum). Selain itu, botulisme juga dapat bersumber dari makanan bayi, yang dapat berakibat fatal bagi kelompok usia ini. Cara terbaik untuk mencegah botulisme adalah mengikuti petunjuk yang benar dalam menyiapkan dan menyajikan makanan di rumah. Makanan yang terkontaminasi sering memiliki bau busuk, meskipun tidak selalu demikian.
Botulisme adalah kedaruratan medis yang harus segera mendapatkan perawatan. Dengan tersedianya antitoksin, 90% lebih pasien botulisme dapat diselamatkan.

2. Salmonella gastro
Salmonellosis mengacu pada sejumlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah demam tifoid. Bentuk umum salmonellosis adalah gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri salmonella gastro. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang dan dari hewan ke orang. Makanan yang biasanya mengandung salmonella adalah daging, daging unggas, susu dan telur. Salmonella sering ditularkan melalui kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci dengan bersih juga dapat menyebarkan bakteri ini.’ Gejala gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella termasuk mual, kram perut dan diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah pada tinja. Gejala awal biasanya muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan makanan yang terkontaminasi. Keracunan ini biasanya tidak serius dan berlangsung selama dua sampai lima hari. Namun, salmonellosis bisa berakibat fatal pada bayi, lansia dan pasien yang sakit parah. Pada kasus yang sangat jarang, salmonella bisa menembus aliran darah sehingga menyebabkan artritis, penyakit jantung, infeksi tulang dan masalah perut jangka panjang.
Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak minum untuk mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban kehilangan terlalu banyak cairan, dia harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus. Antibiotik dan obat anti-diare mungkin diberikan untuk mengontrol gejala yang parah.

3.      Escherichia coli
Kebanyakan strain Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri bermanfaat yang hidup dalam sistem pencernaan. Mereka tidak menyebabkan penyakit. Namun beberapa strain E. coli dapat menyebabkan efek keracunan pada tubuh. Salah satu strain yang paling ditakuti adalah E. coli 0157 yang menghasilkan racun yang disebut toksin Shiga. Racun ini merusak sel-sel dinding usus sehingga menimbulkan perdarahan. Toksin E. coli 0157 juga memecah sel darah merah, menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah trombosit. Pada 10% kasus, keracunan E. coli berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan ginjal dan organ penting lainnya. Risiko kematian terutama tinggi pada anak-anak dan lansia.
E. coli 0157 memiliki masa inkubasi antara 1-3 hari. Waktu tersebut dibutuhkan bakteri untuk melakukan perjalanan ke usus besar dan berkembang biak di sana ke tingkat yang menyebabkan masalah. Karena bakteri terutama memengaruhi usus besar, gejala utama adalah sakit perut dan diare. E. coli 0157 jarang menyebabkan muntah, meskipun penderita merasakan sakit perut dan diare hebat sehingga ada bintik-bintik darah segar di tinjanya. Berbeda dengan jenis keracunan makanan lainnya, E. coli 0157 sangat gigih dan membutuhkan waktu seminggu atau lebih sebelum diare mereda.
Keracunan E. coli timbul karena mengkonsumsi daging, khususnya daging sapi cincang. Jika daging tidak matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu 10 bakteri hidup dalam burger atau sosis untuk dapat menyebabkan keracunan makanan E. coli. Bakteri ini juga dapat menyebar melalui makanan atau air yang tercemar kotoran hewan. E. coli tidak terpengaruh oleh obat antibiotik. Perawatan keracunan E. coli hanya bersifat suportif dengan banyak mengganti cairan yang hilang. Orang yang mengalami masalah ginjal akibat komplikasi mungkin perlu perawatan dialisis.
Salah satu wabah terbesar E.coli 0157, terjadi di Wishaw di Skotlandia pada tahun 1996 yang disebabkan oleh daging yang terkontaminasi. Sekitar 200 orang jatuh sakit, dua puluh di antaranya meninggal dunia.
                    
PENYEBAB KERACUNAN MAKANAN
Menurut Center of Disease Control (CDC), sebagian besar keracunan makan akibat kesalahan dalam mengolah makanan, seperti
• Membiarkan makanan yang telah siap saji pada suhu yang baik bagi bakteri untuk tumbuh.
• Kesalahan memasak atau menghangatkan kembali makanan.
• Kontaminasi oleh tangan pengolah makanan (koki)
Berikut adalah makanan yang sering dipengaruhi bacteria :
• Susu atau makanan bersusu seperti keju dan krim
• Masakan berlemak seperti nasi lemak, nasi beriyani, mi dan sebagainya
• Roti dan kuih-muih
• Makanan laut seperti kerang
• Daging- lembu, ayam, ikan
• Makanan dalam tin yang telah kemik atau yang kembung pada bahagaian atasnya atau berkarat.

Tanda-tanda khusus keracunan makanan bergantung kepada jenis bakteria atau organismanya seperti:
Keracunan oleh bakteria
ü   Campylobacterosis disebabkan oleh bakteria campylobacter jenis ini yang terdapat dalam ayam mentah, daging dan susu tidak pasteur. Tanda-tanda keracunan bermula 2-5 hari selepas makan. Selain dari tanda-tanda umum, pesakit akan mengalami demam dan najis mengandungi darah.
ü   Cirit-birit yang dialami oleh pengembara disebabkan oleh bakteria Escherichia coli atau E. coli yang boleh menghasilkan toksin. Penyakit ini berlaku kerana penyediaan makanan dan air tidak bersih.
ü    Cereus disebabkan oleh bakteria bacillus cereus.  Tanda-tanda umum dirasai di antara 1-18 jam selepas makan. Bagaimanapun, keracunan jenis ini tidak melebihi 24 jam.
ü    Cholera disebabkan oleh bakteria vibro cholera yang terdapat dalam ikan, kerang, kupang dan jenis-jenis siput yang ditangkap di kawasan air yang tercemar. Tanda-tanda bermula antara 1-3 hari selepas makan dan boleh bermula dengan cirit-birit ringan dan seterusnya maut akibat badan kehilangan air hasil daripada cirit-birit yang teruk.
ü    Gastroenteritis disebabkan oleh Yersinia enterocolitica, sejenis bakteria yang terdapat dalam daging, air, sayuran mentah dan susu tidak pasteur. Tanda-tanda bermula 2-5 hari selepas makan. Selain daripada tanda umum, demam dan kelesuan mungkin berlaku sama seperti demam selsema. Jika tidak dirawat pesakit boleh menjadi lebih teruk lagi.
ü   Listeriosis kerana bakteria Listeria monocytogenes. Walaupun jarang berlaku ia boleh menyebabkan maut. Tanda penyakit termasuklah kesejukan, keracunan darah dan kelahiran tidak cukup bulan bagi wanita mengandung. Dalam kes yang parah, penyakit ini boleh menyebabkan kerosakan otak dan saraf tunjang.
ü    Shigeliosis atau Disenteri disebabkan oleh bakteria Shigella sp., tanda- tanda bermula dalam masa 1-7 jam selepas makan. Selain daripada tanda-tanda umum, darah, nanah atau lendir boleh terdapat dalam najis.
ü    Salmonelosis. Keracunannya disebabkan oleh bakteria Salmonella yang didapati dalam ayam. Tanda-tanda umum dirasakan selepas 24-48 jam.
ü   Staphylococcus aureus sejenis bakteria yang sukar dihapuskan walaupun pada suhu tinggi. Keracunan jenis ini sering berlaku. Tandanya dirasai dalam jangkamasa 1-8 jam selepas makan, serta berlarutan sehingga 24-48 jam. Tanda-tandanya agak umum.
                                                   
Keracunan  dari virus

ü  Hepatitis A disebabkan oleh virus yang terdapat dalam kerang dan siput- siput yang ditangkap di dalam air yang dicemari oleh air kumbahan dan sayuran mentah yang tidak dibersihkan dengan sempurna. Tanda-tanda bermula dari 2-6 minggu selepas makan dan pesakit akan mengalami demam,lemah badan, tidak berselera dan jaundis. Bagi kes yang parah, kerosakan hati boleh berlaku dan membawa maut.
ü   Norwalkvirus disebabkan oleh virus Norwalk yang didapati dalam kerang dan siput-siput yang ditangkap di kawasan yang dicemari najis manusia. Keracunan berpunca akibat memakan siput-siput mentah dan dimasak tidak sempurna. Keracunan berpunca dari protozoa
ü  Giardiasis disebabkan oleh protozoa Giardia lamblia terdapat dalam saluran usus dan najis manusia. Air kumbahan yang digunakan sebagai baja pada sayur dan penyedia makanan tidak membersihkan tangan adalah punca berlaku keracunan ini.
ü  Amebiasis dikenali juga sebagai disenteri amebik dan disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Puncanya adalah sama seperti keracunan protozoa Giardia lamblia.
Tanda-tanda keracunan ialah kawasan badan di sekitar hati dan usus besar menjadi lembut, cirit, birit, rasa berdebar, kehilangan berat dan lemah badan. Punca-punca lain keracunan. Keracunan makanan juga boleh disebabkan oleh cendawan beracun atau buah dan sayuran yang dicemari dengan racun serangga yang tinggi kepekatannya.

CARA PENCEGAHAN KERACUNAN MAKANAN

Berikut tips yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan makanan :
1.                 Biasakan mencuci tangan sebelum melakukan aktifitas yang berhubungan dengan makanan. Baik itu sebelum mengolah makanan atau menyantap makanan. Cucilah tangan menggunakan sabun agar kuman bakteri yang ada pada tangan segera mati.
2.                  Pisahkan antara makanan yang belum diolah dengan makanan yang telah siap disajikan. Jangan menghidangkan makanan pada tempat yang kotor atau bekas dipakai tempat makanan mentah.
3.                 Masaklah makanan sampai benar benar matang. Jangan mengkonsumsi makanan mentah atau makanan setengah matang.
4.                 Bekukan makanan yang akan disimpan dalam waktu yang lama.Untuk mencegah terjadinya keracunan makanan, kita sebaiknya melakukan. Pengelolaan sistem hiegen yang baik. Pengolahan makanan yang baik. Hindari terjadi kontaminasi dari mana pun. Simpan makanan dalam suhu yang tepat (< 5oC untuk makanan yang disimpan dalam kulkas dan > 60oC untuk makanan yang panas). Hindari makan makanan yang asam yang dikemas dalam kemasan yang terbuat dari logam. Hindari makan jamur yang liar. Hindari mengkonsumsi makanan setengah matang.

Cara yang paling baik dan berkesan untuk mencegah kejadian keracunan makanan adalah dengan melindungi makanan dari tercemar dan mengawasi dasar  pencemaran seperti berikut.
ü  Manusia
Mengelakkan amalan buruk seperti merokok, mengorek hidung dan telinga serta menggaru kepala atau bahagian-bahagian lain pada badan/semasa mengendalikan makanan. Sentiasa mengamalkan kebersihan dan kesihatan diri supaya tidak menjadi punca jangkitan kepada orang lain. Membasuh tangan secara teliti terutama selepas ke tandas, memegang bahan mentah, mengangkut sampah sarap atau sisa makanan. Menjaga kebersihan persekitaran di dalam dan luar premis. Memastikan peralatan yang rosak, sumbing atau retak tidak digunakan lagi. Sentiasa tudung makanan yang dihidang. Tidak menyediakan makanan terlalu awal.

ü   Bahan Mentah
Bahan-bahan mentah, terutama daging atau hasilnya harus disimpan pada suhu yang rendah (< 4˚C). Bahan mentah harus disimpan berasingan daripada makanan yang sudah dimasak dan sedia untuk dimakan. Ini dapat mengelakkan pencemaran silang dari bahan mentah ke makanan yang sedia dimakan. Gunakan peralatan seperti pisau dan papan memotong (chopping board) yang berasingan untuk mengelakkan pencemaran silang. Cuci bahan mentah dengan teliti untuk mengeluarkan kekotoran atau bendasing pada permukaannya. Basuh tangan secara teliti setelah memegang bahan mentah seperti daging mentah sebelum mengendali makanan yang sedia dimakan seperti kuih-muih dan salad.

ü  Serangga dan Hewan
Makhluk perusak seperti lalat, lipas, tikus, burung dan binatang peliharaan adalah pembawa habuk, kekotoran dan bacteria Kawalan serangga dan hewan ini akan membantu mengurangkan pencemaran makanan secara berkesan.

ü  Sisa dan bahan buangan
Bahan buangan mengandung makanan yang sedang mereput, sisa kulit kupasan dan bahan organik yang menjadi sumber bakteria hidup dan membiak dengan mudah
Bekas sisa dan sampah sarap yang terdedah atau melimpah akan menarik hewan dan serangga perusak seperti tikus, burung, lalat dan lipas.
                  KERACUNAN MAKANAN KALENG
Sejalan dengan berubahnya gaya hidup maka juga memengaruhi pola makan pada banyak orang. Bahaya keracunan makananpun mulai merebak di mana-mana. Baik dari makanan di warung kaki lima sampai restoran fast food, bahkan mungkin juga dari dapur kita sendiri. Itu berarti kita harus tahu apa saja yang terkandung dalam makanan yang akan kita makan setiap harinya.
Sekarang ini seiring dengan meningkatnya tingkat kesibukan , masyarakat kini cenderung kurang memperhatikan makanan yang mereka makan. Baik itu dari segi kebersihan, kesehatan, atau kandungan gizi yang terkandung dalam makanan, kecenderungan orang hanya memikirkan dari segi ekonomis dan kepraktisannya saja. Sehingga keracunan makanan sangat mungkin terjadi karena makanan kaleng yang dikonsumsi.
Sampai saat ini banyak kasus keracunan makanan menimpa konsumen, karena mereka tidak tahu mengenai adanya zat-zat berbahaya yang terkandung dalam makanan yang mereka konsumsi setiap harinya. Maka pengetahuan mengenai cara pencegahan dan penanggulangan harus diketahui agar mereka tidak dibodohi terus - menerus. Banyak pula ditemui para produsen makanan yang seringkali tidak memperhatikan kesehatan makanan produksinya dan hanya beorientasi pada laba. Hal ini jelas sangat disayangkan karena konsumen Indonesia belum terlalu kritis dan pengawasan pangan yang kurang, sehingga membuat pihak konsumen sangat dirugikan. Hal ini terbukti dengan adanya keracunan pangan dari makanan kemasan yang belakangan ini terus meningkat.
                  Saat ini, berbagai jenis bahan makanan kaleng semakin banyak kita jumpai. Baik sayuran, daging, sarden dan sebagainya. Proses pengalengan yang kurang sempurna dapat merangsang timbulnya bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini senang tumbuh di tempat tanpa udara, dan akan mengeluarkan racun yang bisa merusak saraf juka sampai tertelan. Gejala keracunan bakteri ini disebut botulisme.
                  Gejala botulisme biasanya akan timbul mendadak, 16-18 jam sesudah menelan makanan yang mengandung racun tersebut. Gejala biasanya diawali dengan kelelahan dan tubuh terasa lemah. Kemudian diikuti adanya gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa penglihatan ganda (diplopia), Penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan kelopak mata, kehilangan daya akomodasi lensa mata, dan refleks pupil mata terhadap cahaya berkurang atau hilang sama sekali. Gejala berikutnya bisa berupa kesulitan bicara, sulit menelan dan muntah yang keluar melalui hidung. Kesulitan menelan ini bisa menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan radang paru (pneumonia). Gejala juga disertai melemahnya otot-otot tubuh, tangan dan kaki. Suhu tubuh tetap, tetapi kadang bisa meninggi. Penderita keracunan botulisme harus dirawat di rumah sakit.
Data dari Badan POM tentang kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan dari tahun 2001-2006 menunjukkan peningkatan baik dari jumlah kejadian maupun jumlah korban yang sakit dan meninggal. Walaupun demikian, korban meninggal ditengarai mungkin hanya 1 % saja sesuai dengan perkiraan WHO. Dan baru- baru ini banyak kasus keracunan pangan di Indonesia yang bersumber dari makanan dalam kemasan atau makanan kaleng. Hal ini diperparah dengan banyaknya penyimpangan terhadap peraturan pelabelan dan yang paling banyak ditemui adalah :
1.      Penggunaan label tidak berbahasa Indonesia dan tidak menggunakan huruf latin, terutama produk impor
2.      Label yang ditempel tidak menyatu dengan kemasan
3.      Tidak mencantumkan keterangan komposisi dan berat bersih
4.      Tidak ada kode barang MD, ML atau P-IRT dan acuan kecukupan gizi yang tidak konsisten dan tidak mencantumkan waktu kadaluarsa
5.      Tidak dicantumkannya alamat produsen atau importer bagi produknya
Makanan kaleng yang sudah mulai mengalami kerusakan dapat dilihat dari kondisi kaleng yang sudah mengalami penggembungan. Namun, ada juga yang tidak terdekteksi dari luar, karena kedua ujung kaleng datar. Kerusakan produk makanan kaleng yang perlu diwaspadai, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
ü  Flat Sour, permukaan kaleng tetap datar tapi produknya sudah bau asam yang menusuk. Ini disebabkan aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses sterilisasi.
ü  Flipper, permukaan kaleng kelihatan datar, namun bila salah satu ujung kaleng ditekan, ujung lainnya akan cembung.
ü  Springer, salah satu ujung kaleng sudah cembung secara permanen, sedang ujung yang lain sudah cembung. Jika ditekan akan cembung ke arah berlawanan.
ü  Soft Swell, kedua ujung kaleng sudah cembung, namun belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan sedikit ke dalam.
ü  Hard Swell, kedua ujung permukaan kaleng cembung dan begitu keras sehingga tidak bisa ditekan ke dalam oleh ibu jari.
Kiat sehat mengkonsumsi makanan kaleng, paling tidak harus mempertimbangkan lima hal berikut:
ü  Jangan mengkonsumsi makanan kaleng yang dicurigai sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan, seperti kaleng kembung, berkarat, penyok, dan bocor.
ü  Makanan dalam kaleng sebaiknya dipanaskan sampai mendidih selama 10 menit sampai 15 menit sebelum dikonsumsi.
ü  Bacalah label secara seksama dan perhatikanlah tanggal kadaluwarsa. Demi keamanan, pilihlah produk yang belum melampaui tanggal kadaluwarsa.
ü  Makanan kaleng yang sudah dibuka harus digunakan secepatnya karena keawetannya sudah tak sama dengan produk awalnya.
ü  Bila dicurigai adanya kebusukan, makanan kaleng tersebut harus dibuang.

3.      Sanitasi dan Higienis
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan. Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:
a). Keadaan bahan makanan
Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Bahan makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baik adalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.
b). Cara penyimpanan bahan makanan
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
ü  Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi syarat
ü  Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.
c). Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian Yaitu:
1.      Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.
2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.
3. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice).
d). Cara pengangkutan makanan yang telah masak
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur shunya dalam keadaan panas 600 C atau tetap dingin 40 C.
e). Cara penyimpanan makanan masak
Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C.
f). Cara penyajian makanan masak
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya.

4.      Waktu Kadaluarsa Makanan dan Minuman

Beberapa definisi tentang umur simpan, antara lain :
a.       Umur simpan produk pangan adalah selang waktu antara saat produksi hingga saat konsumsi, sedang kondisi produk masih memuaskan pada sifat-sifat : penampakan, rasa-aroma, tekstur, dan nilai gizi (Institut of Food Technologi – IFT, 1974)
b.      Suatu produk dikatakan berada pada kisaran umur simpannya bila kualitas produk secara umum dapat diterima untuk tujuan seperti yang diinginkan konsumen dan selama bahan pengemas masih memiliki integritas serta memproteksi isi kemasan (National Food Processor Assiciation, 1978)
c.       Umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan, dalam kondisi penyimpanan, untuk sampai pada suatu level atau tingkatan degradasi mutu tertentu (Floros, 1993)

Pelabelan waktu kadaluwarsa pangan diatur dalam PP No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Pasal 31 :
1) Tanggal, bulan, tahun kadaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas
2) Pencantuman dilakukan setelah tulisan “Baik digunakan sebelum : .......”
3) Untuk produk pangan yang kadaluwarsanya lebih dari 3 bulan, diperbolehkan untuk hanya mencantumkan bulan dan tahun kadaluwarsa saja.                

Reaksi Deteriorasi

Salah satu fungsi pengemasan adalah memperlambat proses deteriorasi, yaitu dengan mempertahankan stabilitas, kesegaran dan penerimaan konsumen dari suatu produk pangan, atau untuk memperpanjang umur simpan. Stabilitas dihubungkan dengan mudah tidaknya produk mengalami perubahan kimia, kesegaran dihubungkan dengan rasa, bau dan aroma produk, sedangkan penerimaan mencakup keseluruhan aspek dari mutu produk termasuk bentuk, tekstur dan harga.
Penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya disebut deteriorasi. Produk pangan mengalami deteriorasi segera setelah diproduksi. Reaksi deteriorasi dimulai dengan persentuhan produk dengan udara, oksigen, uap air, cahaya, mikroorganisme, atau akibat perubahan suhu. Reaksi ini dapat pula diawali oleh hentakan mekanis seperti vibrasi, kompresi, dan abrasi. Tingkat deteriorasi produk dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan, sedangkan laju deteriorasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan penyimpanan. Umur simpan adalah waktu hingga produk mengalami suatu tingkat deteriorasi tertentu.
Reaksi deteriorasi dapat disebabkan oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang akan memicu reaksi ini di dalam produk berupa reaksi kimia, reaksi enzimatis atau proses fisik yaitu penyerapan uap air atau gas dari sekelilingnya. Hal ini menyebabkan perubahan terhadap produk meliputi perubahan tekstur, flavor, warna, penampakan fisik, nilai gizi, maupun mikrobiologis.
Perubahan pada tekstur akibat reaksi deteriorasi dapat berupa : pengempukan, retrogradasi, stalling, perubahan kekentalan, pengendapan, perubahan stabilitas dan pecahnya emulsi, serta hilangnya kerenyahan. Perubahan flavor merupakan masalah yang sensitif di dalam produk pangan. Salah satu yang umum adalah terjadinya ketengikan akibat hidrolisis dan oksidasi lemak yang menyebakan terbentuknya komponen volatil yang menimbulkan off-flavor.
Berikut beberapa informasi penting yang harus diketahui konsumen saat hendak membeli makanan dan minuman,
1.      Label
 Sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman dalam kemasan, konsumen perlu memperhatikan informasi pada kemasan atau label produksi yang harus meliputi nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat atau isi bersih, nama dan alamat produsen dan tanggal kadaluwarsa. Pemberian label pada makanan kemasan itu bertujuan agar konsumen mendapatkan informasi yang benar dan jelas tentang produk tersebut.
2.                  Kemasan dan perubahan fisik.
Produk makanan dengan kemasan yang sudah rusak tidak layak untuk dikonsumsi. Dengan kondisi demikian, kemungkinan isinya sudah rusak karena terkontaminasi. Hal ini sangat berbahaya. Konsumen dapat mengalami keracunan sehingga keselamatan jiwanya terancam. Untuk itu perhatikan jika ada bau yang tidak sedap, perubahan warna, bentuk, dan rasa merupakan tanda-tanda makanan dalam kemasan telah rusak.
3.      Batas Kadaluwarsa.
 Pada setiap label produk kemasan harus tercantum tanggal “kadaluwarsa/exp. date/best before”. Artinya, makanan dan minuman mempunyai batas akhir yang aman untuk dapat dikonsumsi dan dijamin mutunya, dengan penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh produsen. Makanan kadaluwarsa adalah makanan yang telah lewat tanggal kadaluwarsa. Makanan dan minuman yang sudah rusak, sebelum atau sesudah lewat tanggal kadaluwarsa dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Jika dikonsumsi, dapat membahayakan kesehatan, bahkan mengancam keselamatan jiwa konsumen. Konsumen sebaiknya mengonsumsi makanan dan minuman kemasan sebelum batas tanggal kadaluwarsa.
4.Makanan dalam kaleng.
Untuk mengkonsumsi makanan dan minuman kaleng, pilihlah kaleng yang baik, tidak penyok, tidak berkarat dan tidak cembung. Pilihlah produk yang yang sudah terdaftar di Departemen Kesehatan (MD/ ML DepKes RI No xxxxxx) dan perhatikan tanggal kadaluwarsanya. Hindarilah membeli produk yang tidak mencantumkan nama dan alamat produsen secara jelas. Perhatikan bahan baku dan bahan tambahan yang dipergunakan serta gunakan dan simpanlah sesuai petunjuk.




KESIMPULAN

Perkembangan teknologi pengolahan pangan telah kemungkinan produksi makanan terbungkus (kemasan) dalam jumlah besar dan daya tahan relative lama. Kemasan yang kurang baik, misalnya kertas bekas,daun kotor, plastic, kaleng berkarat  dan sebagainya dapat mengkotaminasi makanan yang dapat menimbulkan bahaya dan kerugian konsumen.  Perkembangan jenis makanan catering dan fast food (cepat saji) sangat peka terhadap kontaminasi. Keracunan sering terjadi pada pesta, pertemuan, lokakarya, pernikahan dan seminar disebabkan makanan yang dihidangkan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kandungan senyawa potensial berbahaya yang terdapat secara alamiah pada bahan makanan nabati atau hewani misalnya asam jengkolat pada jengkol, anti tripsin pada kedelai, serta terkontaminasinya makanan oleh pestisida dan zat aditif berbahaya dapat mengancam keracunan ataupun penyakit bagi masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keamanan pangan adalah sebagi berikut :
1.      Kerusakan Bahan Pangan
Makanan yang telah mengalami penyimpangan dari keadaan normal biasanya telah mengalami “kerusakan”.
a.                                                   Tanda-tanda Kerusakan Bahan Pangan
ü  onsistensi
ü  Tekstur
ü   Memar
ü   Berlendir
ü   Berbau busuk
ü   Gosong
ü   Ketengikan
ü  Penyimpangan pH
ü   Reaksi Browning
ü   Penggembungan kaleng (terjadi gas)
ü  Penyimpangan warn
ü   Penyimpangan cita rasa
ü  Penggumpalan/pengerasan pada tepung
ü   Lubang/bekas gigitan
ü   Candling (keretakan pada kulit telur)

b.   Jenis-Jenis Kerusakan Bahan Pangan
Bila ditinjau dari penyebabnya, kerusakan bahan pangan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1).  Kerusakan Mikrobiologis
2). Kerusakan Mekanis
3). Kerusakan Fisik
4). Kerusakan Biologis

Faktor Utama Kerusakan Pangan
Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan faktor-faktor berikut :
pertumbuhan dan aktifitas mikroba;
ü  aktifitas enzim-enzim di dalam bahan pangan;
ü  serangga parasit dan tikus;
ü  suhu (pemanasan dan pendinginan);
ü  kadar air;
ü  udara (oksigen);
ü  sinar;
ü  waktu
2.      Keracunan Makanan
Keracunan makanan secara umum adalah gejala sakit yang disebabkan oleh makanan atau sumber penularannya makanan
Keracunan makanan juga dapat disebabkan oleh :
• Makanan yang tercemar zat kimia seperti peptisida, lapisan logam dari kaleng makanan atau akibat fumigasi ruangan.
• Mikroba yang mencemari makanan (Salmonela, Clostridium botulinum)
• Zat kimia tertentu yang ditambahkan pada makanan sebagai penyedap, pemanis dan pengawet.
• Makanan itu sendiri secara alamiah sudah mengandung zat kimia, misalnya asam jengkolat, jamur Aspergilus flavus mengandung aflatoksin dan jamur Amanita muscaria mengandung muskarin.

MIKROORGANISME PENYEBAB KERACUNAN MAKANAN
1. Clostridium botulinum
2. Salmonella gastro
3. Escherichia coli

3.      Sanitasi dan Higienis
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:
a). Keadaan bahan makanan
b). Cara penyimpanan bahan makanan
c). Proses pengolahan
d). Cara pengangkutan makanan yang telah masak
e). Cara penyimpanan makanan masak
f). Cara penyajian makanan masak

4.      Waktu Kadaluarsa Makanan dan Minuman

Beberapa definisi tentang umur simpan, antara lain :
a.       Umur simpan produk pangan adalah selang waktu antara saat produksi hingga saat konsemsi, sedang kondisi produk masih memuaskan pada sifat-sifat : penampakan, rasa-aroma, tekstur, dan nilai gizi (Institut of Food Technologi – IFT, 1974)
b.      Suatu produk dikatakan berada pada kisaran umur simpannya bila kualitas produk secara umum dapat diterima untuk tujuan seperti yang diinginkan konsumen dan selama bahan pengemas masih memiliki integritas serta memproteksi isi kemasan (National Food Processor Assiciation, 1978)
c.       Umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan, dalam kondisi penyimpanan, untuk sampai pada suatu level atau tingkatan degradasi mutu tertentu (Floros, 1993)

Berikut beberapa informasi penting yang harus diketahui konsumen saat hendak membeli makanan dan minuman,
1.      Label
2.      Kemasan dan perubahan fisik.
3.      Batas Kadaluwarsa.
4.      Makanan dalam kaleng.
















DAFTAR PUSTAKA

http://dmasking.blogspot.com/2011/10/what-do-you-think.html